Terminologi
Selama Abad pertengahan,
rumah sakit juga melayani banyak fungsi di luar rumah sakit yang kita
kenal pada zaman sekarang, misalnya sebagai penampungan orang miskin
atau persinggahan musafir. Istilah
hospital (rumah sakit) berasal dari kata Latin,
hospes (tuan rumah), yang juga menjadi akar kata hotel dan hospitality (keramahan).
Beberapa pasien bisa hanya datang untuk diagnosis atau terapi ringan
untuk kemudian meminta perawatan jalan, atau bisa pula meminta rawat
inap dalam hitungan hari, minggu, atau bulan. Rumah sakit dibedakan dari
institusi kesehatan lain dari kemampuannya memberikan diagnosa dan
perawatan medis secara menyeluruh kepada pasien.
Rumahsakit menurut WHO Expert Committee On Organization Of Medical
Care: is an integral part of social and medical organization, the
function of which is to provide for the population complete health care,
both curative and preventive and whose out patient service reach out to
the family and its home environment; the hospital is also a centre for
the training of health workers and for biosocial research
Tugas dan Fungsi
Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit, yaitu :
- Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,
- Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis tambahan,
- Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,
- Melaksanakan pelayanan medis khusus,
- Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,
- Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,
- Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,
- Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,
- Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal (observasi),
- Melaksanakan pelayanan rawat inap,
- Melaksanakan pelayanan administratif,
- Melaksanakan pendidikan para medis,
- Membantu pendidikan tenaga medis umum,
- Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,
- Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,
- Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi,
Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan type rumah sakit
yang di Indonesia terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus,
kelas a, b, c, d. berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana teknis
daerah. perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadii sehubungan
dengan turunnya kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri
kesehatan indonesia melalui keputusan dirjen yan medik.
Jenis-jenis rumah sakit
Rumah sakit umum
Rumah sakit yang dijalankan organisasi National Health Service di Inggris.
Melayani hampir seluruh penyakit
umum, dan biasanya memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24
jam (ruang gawat darurat) untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya
dan memberikan pertolongan pertama.
Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di
suatu negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan
intensif ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi
dengan fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan sebagainya. Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi sesuai kemampuan penyelenggaranya.
Rumah sakit yang sangat besar sering disebut
Medical Center (pusat kesehatan), biasanya melayani seluruh pengobatan modern.
Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga membuka pelayanan
kesehatan tanpa menginap (rawat jalan) bagi masyarakat umum (klinik).
Biasanya terdapat beberapa klinik/poliklinik di dalam suatu rumah sakit.
Rumah sakit terspesialisasi
Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula, atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti psychiatric (psychiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-lain.
Rumah sakit bisa terdiri atas gabungan atau pun hanya satu bangunan.
Rumah sakit penelitian/pendidikan
Rumah
sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait dengan
kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu
universitas/lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai
untuk pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru
atau teknik pengobatan baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak
universitas/perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian
masyararakat / Tri Dharma perguruan tinggi.
Rumah sakit lembaga/perusahaan
Rumah
sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk melayani
pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga tersebut/karyawan
perusahaan tersebut. Alasan pendirian bisa karena penyakit yang
berkaitan dengan kegiatan lembaga tersebut (misalnya rumah sakit
militer, lapangan udara), bentuk jaminan sosial/pengobatan gratis bagi
karyawan, atau karena letak/lokasi perusahaan yang terpencil/jauh dari
rumah sakit umum. Biasanya rumah sakit lembaga/perusahaan di Indonesia
juga menerima pasien umum dan menyediakan ruang gawat darurat untuk
masyarakat umum.
Klinik
Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan tertentu. Biasanya dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat
atau dokter-dokter yang ingin menjalankan praktik pribadi. Klinik
biasanya hanya menerima rawat jalan. Bentuknya bisa pula berupa kumpulan
klinik yang disebut poliklinik.
Sebuah klinik (atau rawat jalan klinik atau klinik perawatan rawat
jalan) adalah fasilitas perawatan kesehatan yang dikhususkan untuk
perawatan pasien rawat jalan. Klinik dapat dioperasikan, dikelola dan
didanai secara pribadi atau publik, dan biasanya meliputi perawatan
kesehatan primer kebutuhan populasi di masyarakat lokal, berbeda dengan
rumah sakit yang lebih besar yang menawarkan perawatan khusus dan
mengakui pasien rawat inap untuk menginap semalam.
Sejarah
Dalam
sejarah kuno, kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Salah
satu contoh institusi pengobatan tertua adalah kuil Mesir. Kuil Asclepius
di Yunani juga dipercaya memberikan pengobatan kepada orang sakit, yang
kemudian juga diadopsi bangsa Romawi sebagai kepercayaan. Kuil Romawi
untuk Æsculapius dibangun pada tahun 291 SM di tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama dengan kepercayaan Yunani.
Institusi yang spesifik untuk pengobatan pertama kali, ditemukan di India. Rumah sakit Brahmanti pertama kali didirikan di Sri Lanka pada tahun 431 SM, kemudian Raja Ashoka juga mendirikan 18 rumah sakit di Hindustan pada 230 SM dengan dilengkapi tenaga medis dan perawat yang dibiayai anggaran kerajaan.
Rumah sakit pertama yang melibatkan pula konsep pengajaran
pengobatan, dengan mahasiswa yang diberikan pengajaran oleh tenaga ahli,
adalah Akademi Gundishapur di Kerajaan Persia.
Bangsa Romawi menciptakan
valetudinaria untuk pengobatan budak, gladiator, dan prajurit sekitar 100 SM. Adopsi kepercayaan Kristiani turut memengaruhi pelayanan medis di sana. Konsili Nicea I pada tahun 325
memerintahkan pihak Gereja untuk juga memberikan pelayanan kepada
orang-orang miskin, sakit, janda, dan musafir. Setiap satu katedral di
setiap kota harus menyediakan satu pelayanan kesehatan. Salah satu yang
pertama kali mendirikan adalah Saint Sampson di Konstantinopel dan Basil, bishop of Caesarea. Bangunan ini berhubungan langsung dengan bagunan gereja, dan disediakan pula tempat terpisah untuk penderita lepra.
Rumah sakit abad pertengahan di Eropa juga mengikuti pola tersebut.
Di setiap tempat peribadahan biasanya terdapat pelayanan kesehatan oleh pendeta dan suster (Frase Perancis untuk rumah sakit adalah
hôtel-Dieu,
yang berarti "hostel of God."). Namun beberapa di antaranya bisa pula
terpisah dari tempat peribadahan. Ditemukan pula rumah sakit yang
terspesialisasi untuk penderita lepra, kaum miskin, atau musafir.
Rumah sakit dalam sejarah Islam
memperkenalkan standar pengobatan yang tinggi pada abad 8 hingga 12.
Rumah sakit pertama dibangun pada abad 9 hingga 10 mempekerjakan 25
staff pengobatan dan perlakuan pengobatan berbeda untuk penyakit yang
berbeda pula. Rumah sakit yang didanai pemerintah muncul pula dalam
sejarah Tiongkok pada awal abad 10.
Perubahan rumah sakit menjadi lebih sekular di Eropa terjadi pada
abad 16 hingga 17. Tetapi baru pada abad 18 rumah sakit modern pertama
dibangun dengan hanya menyediakan pelayanan dan pembedahan medis.
Inggris pertama kali memperkenalkan konsep ini. Guy's Hospital didirikan di London pada 1724
atas permintaan seorang saudagar kaya Thomas Guy. Rumah sakit yang
dibiayai swasta seperti ini kemudian menjamur di seluruh Inggris Raya.
Di koloni Inggris di Amerika kemudian berdiri Pennsylvania General Hospital di Philadelphia pada 1751.
setelah terkumpul sumbangan £2,000. Di Eropa Daratan biasanya rumah
sakit dibiayai dana publik. Namun secara umum pada pertengahan abad 19
hampir seluruh negara di Eropa dan Amerika Utara telah memiliki
keberagaman rumah sakit.
Rumah Sakit Dan Perkembangannya di Indonesia
Sejarah
perkembangan rumah sakit di Indonesia pertama sekali didirikan oleh VOC
tahun 1626 dan kemudian juga oleh tentara Inggris pada zaman Raffles
terutama ditujukan untuk melayani anggota militer beserta keluarganya
secara gratis. Jika masyarakat pribumi memerlukan pertolongan, kepada
mereka juga diberikan pelayanan gratis. Hal ini berlanjut dengan rumah
sakit-rumah sakit yang didirikan oleh kelompok agama. Sikap karitatif
ini juga diteruskan oleh rumah sakit CBZ di Jakarta. Rumah sakit ini
juga tidak memungut bayaran pada orang miskin dan gelandangan yang
memerlukan pertolongan. Semua ini telah menanamkan kesan yang mendalam
di kalangan masyarakat pribumi bahwa pelayanan penyembuhan di rumah
sakit adalah gratis. Mereka tidak mengetahui bahwa sejak zaman VOC,
orang Eropa yang berobat di rumah sakit VOC (kecuali tentara dan
keluarganya) ditarik bayaran termasuk pegawai VOC.
Komite Etik Rumah Sakit
Komite
Etik Rumah Sakit (KERS), dapat dikatakan sebagai suatu badan yang
secara resmi dibentuk dengan anggota dari berbagai disiplin perawatan
kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk menangani berbagai
masalah etik yang timbul dalam rumah sakit. KERS dapat menjadi sarana
efektif dalam mengusahakan saling pengertian antara berbagai pihak yang
terlibat seperti dokter, pasien, keluarga pasien dan masyarakat tentang
berbagai masalah etika hukum kedokteran yang muncul dalam perawatan
kesehatan di rumah sakit. Ada tiga fungsi KERS ini yaitu pendidikan,
penyusun kebijakan dan pembahasan kasus. Jadi salah satu tugas KERS
adalah menjalankan fungsi pendidikan etika. Dalam rumah sakit ada
kebutuhan akan kemampuan memahami masalah etika, melakukan diskusi
multidisiplin tentang kasus mediko legal dan dilema etika biomedis dan
proses pengambilan keputusan yang terkait dengan permasalahan ini.
Dengan dibentuknya KERS, pengetahuan dasar bidang etika kedokteran dapat
diupayakan dalam institusi dan pengetahuan tentang etika diharapkan
akan menelurkan tindakan yang profesional etis. Komite tidak akan mampu
mengajari orang lain, jika ia tidak cukup kemampuannya. Oleh sebab itu
tugas pertama komite adalah meningkatkan pengetahuan anggota komite.
Etika kedokteran dewasa ini berkembang sangat pesat. Di Indonesia etika
kedokteran relatif baru dan yang berminat tidak banyak sehingga lebih
sulit mencari bahan bacaan yang berkaitan dengan hal ini. Pendidikan
bagi anggota komite dapat dilakukan dengan belajar sendiri, belajar
berkelompok, dan mengundang pakar dalam bidang agama, hukum, sosial,
psikologi, atau etika yang mendalami bidang etika kedokteran. Para
anggota komite setidaknya harus menguasai berbagai istilah/konsep etika,
proses analisis dan pengambilan keputusan dalam etika. Pengetahuan
tentang etik akan lebih mudah dipahami jika ia diterapkan dalam berbagai
kasus nyata. Semakin banyak kasus yang dibahas, akan semakin jelaslah
bagi anggota komite bagaimana bentuk tatalaksana pengambilan keputusan
yang baik. Pendidikan etika tidak tebatas pada pimpinan dan staf rumah
sakit saja. Pemilik dan anggota yayasan, pasien, keluarga pasien, dan
masyarakat dapat diikutsertakan dalam pendidikan etika. Pemahaman akan
permasalahan etika akan menambah kepercayaan masyarakat dan membuka
wawasan mereka bahwa rumah sakit bekerja untuk kepentingan pasien dan
masyarakat pada umumnya. Selama ini dalam struktur rumah sakit di
Indonesia dikenal subkomite/panitia etik profesi medik yang merupakan
struktur dibawah komite medik yang bertugas menangani masalah etika
rumah sakit. Pada umumnya anggota panitia ini adalah dokter dan masalah
yang ditangani lebih banyak yang berkaitan dengan pelanggaran etika
profesi. Mengingat etika kedokteran sekarang ini sudah berkembang begitu
luas dan kompleks maka keberadaan dan posisi panitia ini tidak lagi
memadai. Rumah sakit memerlukan tim atau komite yang dapat menangani
masalah etika rumah sakit dan tanggung jawab langsung kepada direksi.
Komite memberikan saran di bidang etika kepada pimpinan dan staf rumah
sakit yang membutuhkan. Keberadaan komite dinyatakan dalam struktur
organisasi rumah sakit dan keanggotaan komite diangkat oleh pimpinan
rumah sakit atau yayasan rumah sakit. Proses pembentukan KERS ini, rumah
sakit memulainya dengan membentuk tim kecil yang terdiri dari beberapa
orang yang memiliki kepedulian mendalam dibidang etika kedokteran,
bersikap terbuka dan memiliki semangat tinggi. Jumlah anggota
disesuaikan dengan kebutuhan. Keanggotaan komite bersifat multi disiplin
meliputi dokter (merupakan mayoritas anggota) dari berbagai
spesialisasi, perawat, pekerja sosial, rohaniawan, wakil administrasi
rumah sakit, wakil masyarakat, etikawan, dan ahli hukum.